MAKALAH SEJARAH
Di Susun Oleh:
Iwan P Nugroho
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan tugas ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber info yang masih
terbilang terbatas. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak
akhirnyamakalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang kami buat
ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami memohon maaf
apabila ada kekurangan ataupun kesalahan.Kritik dan saran sangat diharapkan
agar tugas ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.
Skanto, 9 Mei 2016
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi
..............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................1
1.1
Latar Belakang
.......................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah
..................................................................................1
1.3
Tujuan
....................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
.....................................................................................2
2.1 Politik etis .............................................................................................2
2.2 Penyimpangan
........................................................................................3
2.3
Perubahan dalam bidang politik, sosial budaya dan budaya akibat perluasan
kolonialisme
..........................................................................3
BAB III PENUTUP
.............................................................................................5
3.1 Kesimpulan ............................................................................................5
Daftar Pustaka
......................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Politik etis sebagai suatu kebijakan
baru yang diperjuangakan oleh golongan liberal dan sosiol demokrat yang
menginginkan adanya suatau keadilan yang di peruntukan bagi Hindia-Belanda yang
telah begitu banyak membantu dan meningkatkan defisa dan kemakmuran bagi
pemerintahan Belanda. Awal politik etis di mulai ketika Ratu Wilhemina I
diangkat sebagai ratu baru di Negeri Belanda pada tahun 1898, di mana dalam
pernyataannya ia mengungkapkan bahwa pemerintahan Belanda berhutang moril
kepada Hindia-Belanda dan akan segera dilakukan policy mengenai
kesejahteraan di Hindia-Belanda, yang kemudian di buat tim penelitian untuk
keadaan di Hindia-Belanda. Pernyataan itulah yang kemudian di kenal dengan
istilah politik etis.meskipun makna dan sejarah istilah
tersebut tidak hanya sebatas atas kejadian tersebut, dan diantara tokoh-tokoh
pencetus politik etis adalah van Deventer, van Kol, dan yang paling terkenal
adalah Abendanon sebagai representasi dari politik etis.
1.2 Rumusan
Masalah
Ø Apa yang di
maksud dengan politik etis?
Ø Perubahan –
perubahandalam bidang politik, sosial ekonomi dan budaya akibat dari perluasan
kolonialisme?
1.3 Tujuan
Ø Mengetahui
apa itu politik etis.
Ø Mengetahui
perubahan – perubahandalam bidang politik, sosial ekonomi dan budaya akibat
dari perluasan kolonialisme.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Politik Etis
Politik Etis atau Politik
Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial
memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi.
Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam
paksa. Munculnya kaum Etis yang di pelopori oleh Pieter
Brooshooft (wartawan Koran De
Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus) ternyata membuka mata
pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi yang
terbelakang.
Pada 17
September 1901,
Ratu Wilhelmina
yang baru naik tahta menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa
pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld)
terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan
moral tadi ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias
Van deventer yang meliputi:
1.
Irigasi
(pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk
keperluan pertanian
2.
Emigrasi
yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi
3.
Edukasi
yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan
Banyak pihak menghubungkan kebijakan
baru politik Belanda ini dengan pemikiran dan tulisan-tulsian Van Deventer yang
diterbitkan beberapa waktu sebelumnya, sehingga Van Deventer kemudian dikenal
sebagai pencetus politik etis ini.
Kebijakan pertama dan kedua
disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda dengan membangun irigasi untuk
perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi dilakukan dengan memindahkan
penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti
bagi bangsa Indonesia.
Pengaruh politik etis dalam
bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan
perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia
Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang
ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925) yang Menteri
Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun
1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun
rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.
Sementara itu, dalam
masyarakat telah terjadi semacam pertukaran mental antara orang-orang Belanda
dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung politik etis merasa prihatin
terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi sosial-budaya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri
dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup
proses emansipasi dan menuntut pendidikan ke arah swadaya.
2.2 Penyimpangan
Pada dasarnya
kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh van Deventer tersebut baik. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para
pegawai Belanda. Berikut ini penyimpangan penyimpangan tersebut.
Ø
Irigasi
Pengairan hanya ditujukan
kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan swasta Belanda. Sedangkan milik
rakyat tidak dialiri air dari irigasi.
Ø
Edukasi
Pemerintah Belanda membangun
sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk mendapatkan tenaga administrasi
yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk seluruh rakyat, hanya
diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang mampu.
Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk
anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang berharta, dan di sekolah kelas II
kepada anak-anak pribumi dan pada umumnya.
Ø
Migrasi
Migrasi ke daerah luar Jawa
hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan perkebunan-perkebunan milik
Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang besar akan tenaga kerja di
daerah-daerah perkebunan seperti perkebunan di Sumatera
Utara, khususnya di Deli, Suriname, dan lain-lain. Mereka dijadikan kuli kontrak.
Migrasi ke Lampung
mempunyai tujuan menetap. Karena migrasi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
akan tenaga kerja, maka tidak jarang banyak yang melarikan diri. Untuk mencegah
agar pekerja tidak melarikan diri, pemerintah Belanda mengeluarkan Poenale
Sanctie, yaitu peraturan yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri
akan dicari dan ditangkap polisi, kemudian dikembalikan kepada mandor/pengawasnya.
Dari ketiga penyimpangan ini,
terjadi karena lebih banyak untuk kepentingan pemerintahan Belanda.
2.3 Perubahan
dalam bidang politik, sosial ekonomi dan budaya akibat perluasan kolonialisme.
Masuknya
kekuasaan bangsa Asing di Indonesia telah menyebabkan perubahan tatanan
politik, sosial, ekonomi dan budaya bagi bangsa Indonesia sebagai berikut:
a.Politik
Baik Daendels maupun Raffles telah meletakkan dasar
pemerintahan modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan diberi gaji,
padahal menurut adat, kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti
dari rakyat. Bupati telah menjadi alat kekuasaan pemerintah kolonial.Belanda
dan Inggris juga melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya
soal pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di
Indonesia. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik,
bahkan kekuasaan pribumi mulai runtuh.
b.Sosial Ekonomi
Eksploitasi ekonomi yang dilakukan bangsa Barat
membawa berbagai dampak bagi bangsa Indonesia. Munculnya monopoli dagang VOC
menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional.
Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda.Kebijakan tanam paksa
sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan
mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang
oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indoensia hanya menjadi
pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara
memeliharanya.
c.Budaya
- Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.
- Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
- Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.
c.Budaya
- Tindakan pemerintah Belanda untuk menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, merutuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.
- Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dengan demikian ikatan tradisi dalam kehidupan pribumi menjadi lemah.
- Dengan merosotnya peranan politik maka para elit politik baik raja maupun bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang senibudaya. Contoh Paku Buwono V memerintahkan penulisan serat Centhini, R.Ng Ronggo Warsito manyusun Kitab Pustakaraya Purwa, Mangkunegara IV menyusun kitab Wedatama dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kami
simpulkan bahwa Politik etis adalah Politik Balas Budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa
pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik
terhadap politik tanam
paksa.
Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment