HASUD, RIYA, DAN ANIAYA
A. PEMBELAJARAN
Standar kompetensi
Menghindari perilaku tercela
Kompetensi dasar.
1. Menjelaskan pengertian hasad, riya, aniaya dan diskriminasi
2. Menyebutkan contoh perilaku hasad, riya, aniaya dan diskriminasi
3. Menghindari hasad, riya, aniaya dan diskriminasi dalam kehidupan
sehari-hari
Pengalaman belajar.
1. Mendisikusikan dengan kelompok tentang sifat hasud, riya, dan aniaya.
2. Membaca dan mempelajari Q.S An Nisa 32 dan 45, Q.S Al Baqarah 229, 35, dan 254, Q.S An Nisa 9 dan 30, Q.S Al Hujurat 11, Q.S Yunus 13, Q.S
Al Maidah 39.
3. membiasakan diri berperilaku menghindari perbuatan hasud, riya' dan aniaya
Materi
1. Sifat hasud.
2. Sifat riya’
3. Sifat aniaya.
Alokasi waktu : 2 x 45 menit.
1. Hasud
Salah satu penyakit hati yang sangat besar adalah hasud.
Hasud ( dengki ) adalah sikap batin tidak senang terhadap kenikmatan yang
diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Imam
Ghazali mengatakan bahwa hasud itu adalah cabang dari syuh ( الشخ) yaitu sikap batin yang bakhil berbuat
baik.
Rasulullah saw menggambarkan betapa
tercelanya kedengkian itu dengan sabdanya: ”Kedengkian memakan kebaikan
sebagaimana api memakan kayu bakar”(HR.Ibnu Majah dari Anas) Ketika seseorang
mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang didengki maka saat itu ia telah
berlaku hasad, karena sesungguhnya kedengkian adalah membenci nikmat dan
menginginkan lenyapnya nikmat itu dari orang yang mendapatkannya.
Pantaslah jika Rasulullah saw pernah
menyebut seseorang sebagai penghuni surga akan lewat di depan
sahabat-sahabatnya, yang ketika kejadian itu berulang tiga kali dalam tiga hari
Rasulullah menyebutnya sebagai seorang dari penghuni surga, dan ketika
ditelusuri oleh Abdullah bin Amer bin al-Ash dengan bermalam di rumah orang
tersebut selama tiga malam, ia tidak pernah melihat amalan orang tersebut yang
berlebihan, bahkan orang itu juga tidak bangun malam, kecuali jika berbalik
dari tempat tidurnya ia menyebut Allah, ia tidak bangun kecuali untuk shalat
subuh, dan tidak pernah mendengarnya berkata kecuali kebaikan.
Bahkan hampir saja Abdullah
meremehkan amalannya. Ketika Abdullah mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah
telah bersabda begini dan begitu, kemudian ia bertanya : ”Apakah gerangan yang
membuatmu mencapai tingkatan tersebut?"
Orang tersebut menjawab: ”Tidak ada
apa-apa kecuali yang kamu lihat, hanya saja aku tidak punya rasa benci dan
dengki kepada salah seorang pun dari kaum muslimin yang dikaruniai Allah
kebaikan”.
Di sinilah Abdullah menemukan jawaban
itu, ia berkata :”Itulah rupanya yang membuatmu mencapai tingkatan itu, dan
itulah yang tidak mampu kami lakukan”.
Demikianlah nikmatnya jika kita
dapat menghidarkan diri dari berlaku hasad pada orang lain yakni surga, yang
sesungguhnya terlihat sangatlah sepele persoalannya meskipun sesungguhnya berat
dalam pengamalannya.
Cukuplah menjadi renungan kita
bersama bahwasanya penyebab pembunuhan pertama kali di muka bumi ini terjadi
yaitu anak Adam membunuh saudaranya adalah disebabkan oleh kedengkiannya pada
saudaranya atas nikmat yang dimilikinya lalu kita bertanya masihkah kita harus
mendengki?
Rasulullah bersabda:
ولا تحاسدوا ولاتقاطعوا
ولاتباغضوا ولاتدابروا وكونوا عبادالله
إخوانا كما أمركم الله ( رواه البخري ومسلم )
Artinya :
Janganlah kamu sekalian saling mendengki, membenci, dan saling
belakang-membelakangi; tetapi jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara sebagaimana
yang telah diperintahkan Allah kepadamu ( H.R Bukhari dan
Muslim )
Setiap muslim/muslimah wajib hukumnya menjauhi sifat
hasud karena hasud termasuk sifat tercela dan merupakan perbuatan dosa. Simaklah
QS. An Nisa' [4]: 32
Artinya:
“Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa
yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Bahaya hasud :
1) Merusak iman orang yang hasud.
الحسد
يفسد الايمان كما يفسد الصبر
العسل
( رواه الديلم )
Artinya :
Hasud itu dapat merusak iman sebagaimana jadam merusak madu (H.R Ad Dailami)
2) Menghanguskan segala macam kebaikan yang perah dilakukan.
إياكم
والحسد فان الحسد يأكل الحسنات كما تأكل
النارالحطب ( رواه ابو داود )
Artinya :
Jauhilah darimu dari hasud karena sesungguhnya hasud itu memakan
kebaikan-kebaikan seperti api memakan kayu bakar. ( H.R Abu Dawud )
3) Tersiksa batinnya untuk selama-lamanya, sebab di dunia ini tidak sepi dari
orang-otang yang mendapat nikmat dari Allah baik berupa ilmu, pangkat, atau
harta benda sementara dia selalu diliputi rasa dengki terus menerus.
Ada 2 macam hasud yang dibolehkn, Rasulullah bersabda
لاحسد
إلا فى اثنين: رجل
أتاه الله مالا فسلطه على هلكته فى الحق ورجل أتاه الله الحكمة فهو يقضي بها
ويعلمها ( رواه البخري )
Artinya :
Tidak boleh iri hati kecuali dalam 2 hal : 1. Seorang yang diberi oleh
Allah SWT harta kekayaan maka dipergunakan untuk mempertahankan hak ( kebenaran
) dan 2. Seorang yang diberi Allah SWT ilmu hikmah, maka ia pergunakan dan ia
ajarkan. ( H.R
Bukhari )
2. Riya’
Menurut bahasa artinya pamer, sedang menurut istilah
yaitu memperlihatkan suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan
karena Allah tetapi karena sesuatu selain Allah. Sedang memperdengarkan ucapan tentang
ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sum'ah (ingin
didengar).
Riya' dan sum'ah merupakan perbuatan tercela dan
merupakan syirik kecil yang hukumnya haram. Riya’ sebagai salah satu sifat
orang munafik yang seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa' [4]
142!
Artinya :
Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan
malas, mereka bermaksud riya’ ( dengan shalat itu ) dihadapan manusia, dan
tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali sedikit sekali.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bercerita, ''Di hari kiamat nanti ada orang
yang mati syahid diperintahkan oleh Allah untuk masuk ke neraka. Lalu orang itu
melakukan protes, 'Wahai Tuhanku, aku ini telah mati syahid dalam perjuangan
membela agama-Mu, mengapa aku dimasukkan ke neraka?' Allah menjawab, 'Kamu
berdusta dalam berjuang. Kamu hanya ingin mendapatkan pujian dari orang lain,
agar dirimu dikatakan sebagai pemberani.
Dan, apabila pujian itu telah dikatakan oleh mereka, maka itulah sebagai
balasan dari perjuanganmu'.'' Orang yang berjuang atau beribadah demi sesuatu
yang bukan ikhlas karena Allah SWT, dalam agama disebut riya. Sepintas, sifat
riya merupakan perkara yang sepele, namun akibatnya sangat fatal. Sifat riya
dapat memberangus seluruh amal kebaikan, bagaikan air hujan yang menimpa debu
di atas bebatuan.
Allah SWT berfirman QS. Al-Furqan
[25] : 23
Artinya:
''Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal
itu (bagaikan) debu yang beterbangan.''
Abu Hurairah RA juga pernah mendengar Rasulullah bersabda, ''Banyak
orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh sesuatu dari puasanya itu kecuali
lapar dan dahaga, dan banyak pula orang yang melakukan shalat malam yang tidak
mendapatkan apa-apa kecuali tidak tidur semalaman.''
Begitu dahsyatnya penyakit riya ini, hingga ada seseorang yang bertanya
kepada Rasulullah, ''Apakah keselamatan itu?'' Jawab Rasulullah, ''Apabila kamu
tidak menipu Allah.'' Orang tersebut bertanya lagi, ''Bagaimana menipu Allah
itu?'' Rasulullah menjawab, ''Apabila kamu melakukan suatu amal yang telah
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepadamu, maka kamu menghendaki amal itu
untuk selain Allah.''
Meskipun riya sangat berbahaya, tidak sedikit di antara kita yang teperdaya
oleh penyakit hati ini. Kini tidak mudah untuk menemukan orang yang benar-benar
ikhlas beribadah kepada Allah tanpa adanya pamrih dari manusia atau tujuan
lainnya, baik dalam masalah ibadah, muamalah, ataupun perjuangan. Meskipun
kadarnya berbeda-beda antara satu dan lainnya, tujuannya tetap sama: ingin
menunjukkan amaliyahnya, ibadah, dan segala aktivitasnya di hadapan manusia.
Secara tegas Rasulullah pernah bersabda, ''Takutlah kamu kepada syirik
kecil.'' Para shahabat bertanya, ''Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan
syirik kecil?'' Rasulullah berkata, ''Yaitu sifat riya. Kelak di hari pembalasan,
Allah mengatakan kepada mereka yang memiliki sifat riya, 'pergilah kalian
kepada mereka, di mana kalian pernah memperlihatkan amal kalian kepada mereka
semasa di dunia. Lihatlah apakah kalian memperoleh imbalan pahala dari mereka'
Tanda-tanda riya’
Tanda-tanda penyakit hati ini pernah dinyatakan oleh Ali bin Abi Thalib.
Kata beliau, ''Orang yang riya itu memiliki tiga ciri, yaitu malas beramal
ketika sendirian dan giat beramal ketika berada di tengah-tengah orang
ramai, menambah amaliyahnya ketika dirinya dipuji, dan mengurangi
amaliyahnya ketika dirinya dicela.''
Bahaya riya’ :
1. Ketidakpuasan, sakit hati, dan penyesalan ketika orang lain tidak
menghargainya.
2. Mengungkit-ungkit kebaikannya sendiri yang pernah dipersembahkan kepada
orang lain.
3. Tidak dapat bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah maupun
berinteraksi dengan sesama manusia.
4. Di akhirat akan dicampakkan ke dalam api neraka.
3. Aniaya (adh-Dhulm)
Kata “adh-dhulm” berasal dari fi’l (kata kerja) “dhalama
- yadhlimu” yang berarti “Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”. Dalam
hal ini sepadan dengan kata “al-Jawr”.
Demikian juga definisi yang dinukil oleh Syaikh Ibnu
Rajab dari kebanyakan para ulama. Dalam hal ini, ia adalah lawan dari kata al-‘Adl
(keadilan).
Dengan demikian yang dimaksud dengan aniaya (dhulm)
adalah meletakkan, menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya atau tidak sesuai
dengan ketentuan Allah. Siapakah orang yang dhalim itu? Q.S Al Baqarah [2]: 229
menjawab :
Artinya :
“…Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka mereka itulah
orang-orang yang dhalim.”
Dari Ibnu ‘Umar -radhiallaahu 'anhuma- dia berkata: Rasulullah Shallallâhu
'alaihi wasallam bersabda: “Kezhaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari
Kiamat”. (Muttafaqun ‘alaih)
Dari Jâbir bin ‘Abdillah bahwasanya Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam
bersabda: “berhati-hatilah terhadap kezhaliman, sebab kezhaliman adalah
kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat. Dan jauhilah kebakhilan/kekikiran
karena kekikiran itu telah mencelakakan umat sebelum kamu”. (H.R.Muslim)
Hadits diatas dan semisalnya merupakan dalil atas keharaman perbuatan
zhalim dan mencakup semua bentuk kezhaliman, yang paling besarnya adalah syirik
kepada Allah Ta’âla sebagaimana di dalam firman-Nya: “Sesungguhnya syirik itu
merupakan kedhaliman yang besar”.
Di dalam hadits Qudsiy, Allah Ta’âla berfirman: “Wahai hamba-hambaku!
Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman terhadap diriku dan menjadikannya diharamkan
antara kalian”.
Ayat-ayat dan hadits-hadits serta atsar-atsar tentang keharaman perbuatan dhalim
dan penjelasan tentang keburukannya banyak sekali. Oleh karena itu, hadits
diatas memperingatkan manusia dari perbuatan zhalim, memerintahkan mereka agar
menghindari dan menjauhinya karena akibatnya amat berbahaya, yaitu ia akan
menjadi kegelapan yang berlipat di hari Kiamat kelak.
Ketika itu, kaum Mukminin berjalan dengan dipancari oleh sinar keimanan
sembari berkata: “Wahai Rabb kami! Sempurnakanlah cahaya bagi kami”. Sedangkan
orang-orang yang berbuat zhalim terhadap Rabb mereka dengan perbuatan syirik,
terhadap diri mereka dengan perbuatan-perbuatan maksiat atau terhadap selain
mereka dengan bertindak sewenang-wenang terhadap darah, harta atau kehormatan
mereka; maka mereka itu akan berjalan di tengah kegelapan yang teramat sangat
sehingga tidak dapat melihat arah jalan sama sekali.
Klasifikasi Kezhaliman
Syaikh Ibn Rajab berkata: “Kezhaliman terbagi kepada dua jenis: Pertama,
kezhaliman seorang hamba terhadap diri sendiri; Bentuk paling besar dan
berbahaya dari jenis ini adalah syirik sebab orang yang berbuat kesyirikan
menjadikan makhluk sederajat dengan Khaliq. Dengan demikian, dia telah
menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Jenis berikutnya adalah
perbuatan-perbuatan maksiat dengan berbagai macamnya; besar maupun kecil.
Kedua, kezhaliman yang dilakukan oleh seorang hamba
terhadap orang lain, baik terkait dengan jiwa, harta atau kehormatan.
Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam telah bersabda ketika berkhuthbah
di haji Wada’ : “Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian diharamkan
atas kalian sebagaimana keharaman hari kalian ini, di bulan haram kalian ini
dan di negeri (tanah) haram kalian ini”.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dari Abu Hurairah dari
Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang pernah
terzhalimi oleh saudaranya, maka hendaklah memintakan penghalalan (ma’af)
atasnya sebelum kebaikan-kebaikannya (kelak) akan diambil (dikurangi); Bila dia
tidak memiliki kebaikan, maka kejelekan-kejelekan saudaranya tersebut akan
diambil lantas dilimpahkan (diberikan) kepadanya”.
Penyebab terjadinya
Ibnu al-Jauziy menyatakan: “kedhaliman mengandung dua kemaksiatan:
mengambil milik orang lain tanpa hak, dan menentang Rabb dengan melanggar
ajaran-Nya… Ia juga terjadi akibat kegelapan hati seseorang sebab bila hatinya
dipenuhi oleh cahaya hidayah tentu akan mudah mengambil i’tibar (pelajaran)”.
Penyebab kedhaliman juga dapat
dikembalikan kepada definisinya sendiri, yaitu tidak menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Dan hal ini terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap ajaran agama
sehingga tidak mengetahui bahwa :
§ Hal itu amat dilarang bahkan diharamkan
§ Ketidakadilan akan menyebabkan adanya pihak yang terzhalimi
§ Orang yang memiliki sifat sombong dan angkuh akan menyepelekan dan
merendahkan orang lain serta tidak peduli dengan hak atau perasaannya
§ Orang yang memiliki sifat serakah selalu merasa tidak puas dengan apa yang
dimilikinya sehingga membuatnya lupa diri dan mengambil sesuatu yang bukan
haknya
§ Orang yang memiliki sifat iri dan dengki selalu bercita-cita agar
kenikmatan yang dirasakan oleh orang lain segera berakhir atau mencari
celah-celah bagaimana menjatuhkan harga diri orang yang didengkinya tersebut
dengan cara apapun
Terapinya
§ Mencari sebab hidayah sehingga hatinya tidak gelap lagi dan mudah mengambil
pelajaran.
§ Mengetahui bahaya dan akibat dari perbuatan tersebut baik di dunia maupun
di akhirat dengan belajar ilmu agama
§ Meminta ma’af dan penghalalan kepada orang yang bersangkutan selagi masih
hidup, bila hal ini tidak menimbulkan akibat yang lebih fatal seperti dia akan
lebih marah dan tidak pernah mau menerima, dst. Maka sebagai gantinya, menurut
ulama, adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya
§ Membaca riwayat-riwayat hidup dari orang-orang yang berbuat zhalim sebagai
pelajaran dan i’tibar sebab kebanyakan kisah-kisah, terutama di dalam al-Qur’an
yang harus kita ambil pelajarannya adalah mereka yang berbuat zhalim, baik
terhadap dirinya sendiri atau terhadap orang lain.
4.
Diskriminasi
Diskriminasi adalah istilah populer yang seringkali kita dengar seiring
dengan gencarnya istilah demokrasi disebut. Diskriminasi bermakna perbedaan
warna kulit; perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara karena perbedaan
warna kulit. Awal munculnya istilah ini memang dari adanya pembedaan perlakuan
terhadap sesama warga negara atas dasar warna kulit. Ada kelompok warga
berwarna kulit hitam dan putih.
Istilah deskriminasi kemudian meluas maknanya kepada segala bentuk
pembedaan atas warga negara atas dasar suku bangsa dan ras antar negara (SARA).
Islam sangat mengecam perbuatan diskriminatif. Islam tidak memandang
kemuliaan seseorang atas dasar penampakan lahiriyah dan segala unsur SARA.
Memang kemajemukan umat adalah hal yang sangat wajar dan semestinya.
Kemajemukan bukan untuk diperselisihkan atau dipertentangkan, karena memang
kemajemukan ini adalah takdir Allah SWT.
Kemajemukan seyogyanya dijadikan media untuk saling mengenal, memahami dan
mempelajari agar tampak mana siapa yang paling bertaqwa di sisi Allah SWT. Agar
kita mampu menghindari sikap deskriminatif tersebut, sebaiknya kita mengambil
hikmah dari firman Allah SWT dalam QS. Al Hujurat [49] : 10-13
Artinya :
10. Orang-orang beriman itu
sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara
kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan
itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.
13. Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.
Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita bisa mengambil
pelajaran untuk menghindari sikap diskriminatif sebagai berikut:
1. Sesama orang yang beriman dan beragama Islam
adalah saudara yang saling menyayangi dan menghormati.
2. Yang membedakan mereka di sisi Allah adalah
kualitas ketaqwaan mereka.
3. Oleh karena itu kita dilarang untuk:
§
Saling
merendahkan
§
Saling
mencela
§ Saling memanggil dengan gelaran
yang mengandung ejekan
§ Saling berperasangka jelek (saling
curiga)
§
Saling
mencari-cari kejelekan orang lain
§
Saling
menggunjingkan
4. Keragaman ciptaan, bangsa dan suku adalah sesuatu
yang wajar dan niscaya.
5. Allah tidak melihat kemuliaan seseorang dari
penampilan luar.
6.
Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa.
7.
Allah paling tahu siapa yang paling bertaqwa dan siapa yang hanya
berpura-pura bertaqwa.
B. TUGAS DAN PELATIHAN
Tugas individual.
1. Hasud adalah bagian dari sikap batin berupa ….
a. fasiq
b. nifaq
c. riya’
d. syuh
e. aniaya
2. Sikap batin berupa kikir / bakhil dalam berbuat baik adalah ….
a. syuh
b. bakhil
c. aniaya
d. riya’
e. sami’ah
3. Ada 2 alasan sifat hasud harus dijauhi, yaitu ….
a. tidak senang orang lain mendapat nikmat dan berusaha merusaknya
b. sebagai akhlak yang tercela dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan
orang lain
c. tidak aman dirinya dari sifat iri hati dan membenci orang sedang mendapat
kenikmatan
d. menyebabkan sakit hati dan selalu merasa kurang dengan nikmat Allah yang
ada padanya
e. tidak dapat tenang hidupnya dan mengajak orang lain menghilangkan nikmat
Allah yang sedang dinikmati temannya
4. Riya' secara bahasa berarti ...
a. takabbur
b. sombong
c. aniaya
d. pamer
e. melihat
5. Ciri khas orang yang terkena sifat riya’ adalah ….
a. banyak dan sering tampil di muka publik
b. selalu ingin dipuji
c. berusaha merebut simpati pendukungnya
d. pasif dalam berkarya dan beribadah
e. tidak banyak komentar dalam menghadapi masalah
6. Orang yang menampakkan kebenaran agama dan keyakinannya, padahal dia tidak
seperti itu maka sikap tersebut menggambarkansikap riya’ dalam ….
a. batin
b. perbuatan
c. urusan agama
d. duniawi
e. niat
7. Menurut Q.S Al Baqarah 229 yang
disebut orang dhalim itu adalah ….
a. orang yang melanggar hukum-hukum Allah
b. perbuatan yang mendatangkan madlarat / bahaya
c. orang berperilaku tercela
d. orang yang dibenci oleh semua manusia
e. orang yang tutur katanya menyakitkan pendengarnya
8. Orang yang keluar dari Islam (murtad) berarti dia telah berbuat dhalim
terhadap ....
a. Allah SWT.
b. Orang tua
c. Sesama manusia
d. Nikmat Allah
e. Diri sendiri
9. Akibat dhalim terhadap lingkungan hidup misalnya menebang hutan secara liar
(illegal logging) maka terjadilah ...
a. Kerusakan tata tertib hidup bermasyarakat
b. Tanah longsor dan banjir
c. Badai sunami dan katarina
d. Kesenjangan sosial
e. Musnahnya alam semesta
10. Dhalim kepada binatang misalnya ….
a. menyembelih
b. membunuh dengan cepat
c. membunuh secara pelan-pelan
d. tidak memandikannya
e. disuruh menarik gerobak
11. Berikut ini mana yang termasuk perbuatan aniaya ( dhalim ) kepada diri
sendiri?
a. puasa sepanjang tahun
b. tidak tidur
c. mogok makan
d. tinggal di rumah sendirian
e. terlalu sering makan minum
12. Berikut ini mana yang termasuk perbuatan aniaya ( dhalim ) kepada diri
sendiri?
a. puasa sepanjang tahun
b. tidak tidur
c. mogok makan
d. tinggal di rumah sendirian
e. terlalu sering makan minum
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
- Jelaskan perbedaan antara hasud dengan iri hati !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Jelaskan mengapa sifat hasud harus dijauhi !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Sebutkan sifat iri yang diperbolehkan menurut hadits Rasulullah SAW :
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Sebutkan bahaya hasud !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Bagaimana kiat menghindari hasud ?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Jelaskan ciri-ciri orang yang tekena sifat riya' !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Kemukakan contoh-contoh riya’ dalam niat, riya’ dalam perbuatan, dan riya’ dalam urusan duniawi !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Sebutkan bahaya riya’ !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Sebutkan alasan mengapa perbuatan aniaya harus dijauhi !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
- Bagaimana langkah-langkah menghindari sifat aniaya ?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
No comments:
Post a Comment